Kamis, 25 Oktober 2012

Ilmu, Agama dan Seni

“Dengan Ilmu hidup akan menjadi lebih mudah” “Dengan Agama hidup akan menjadi lebih terarah” “Dengan Seni hidup akan lebih meriah” Di dalam setiap diri manusia sudah pasti mendambakan hidup bahagia baik lahir dan batin. Kebahagian secara lahir/ jasmani tercermin dari ketercukupan kebutuhan ekonomi baik primer, sekundair dan tertier sehingga tidak perlu memikirkan lagi bagaimana saya dan keluarga bisa makan, anak-anak saya bisa sekolah, atau liburan tahun ini pergi ke mana dsb. Sedangkan kebutuhan bathiniyah tercermin dalam menjalani kehidupannya lebih terarah sehingga hati bisa tenang, damai dan tanpa terbebani oleh hal-hal yang bersifat duniawi. Thus, hidup bisa dijalani dengan mensinergikan kepentingan duniawi yang sifatnya sementara dan ukhrowi yang bersifat kekal. Yang menjadi pertanyaan apakah ketiga aspek di atas merupakan jawaban untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat? 1. Ilmu Ilmu adalah bagian yang esensial- aksiden manusia, karena pengetahuan adalah buah dari “berpikir “. Berpikir ( atau natiqiyyah) adalah sebagai differentia ( atau fashl) yang memisahkan manusia dari sesama genus-nya,yaitu hewan. Dan sebenarnya kehebatan manusia dan ” barangkali ” keunggulannya dari spesies-spesies lainnya karena pengetahuannya. Kemajuan manusia dewasa ini tidak lain karena pengetahuan yang dimilikinya. Lalu pertanyaanya apakah ilmu bisa membuat hidup manusia lebih mudah? Sebagai makhluk yang diberikan akal oleh Allah maka kita diberi kemampuan untuk berfikir dan juga berusaha bagaimana meningkatkan kualitas kehidupan yang dijalaninya. Sarana yang kita gunakan tentunya adalah Ilmu. Ada pepatah yang menyatakan bahwa Ilmu adalah cahaya (maaf bila salah). Sesuai dengan sifatnya yang menerangi maka ilmu adalah cahaya yang menerangi kegelapan, memberikan petunjuk dan menjadi energi yang bisa memberi kehidupan bagi makhluk hidup. Ilmu yang dimiliki seseorang hendaknya menjadi alat dalam mencapai kemudahan hidup terutama dalam kemampuan mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidup dari sisi pemenuhan kebutuhan ekonomi. Rezeki harus dicari dimana dalam proses pencarianya tentunya memerlukan pengetahuan, keterampilan dan skill. Kemudahan hidup tidak diartikan dengan gemerlapnya kekayaan yang dimiliki meskipun secara kasat mata kita bisa menilai bahwa orang yang kaya raya bisa mendapatkan apa saja yang diinginkannya. Akan tetapi kemudahan hidup mengandung maksud bahwa dalam menjalani kehidupan di dunia normal-normal saja artinya bisa bekerja dengan tenang dan tanpa beban. Mengingat pentingnya ilmu, dalam agama saya (sekali lagi maaf) setiap muslim wajib mencari ilmu sebagaimana hadits Nabi : “Mencari Ilmu itu wajib bagi setiap muslim baik laki-laki maupun permpuan”. Bahkan di dalam hadits yang lain Rasulullah menganjurkan kita untuk mencari ilmu ke negeri Cina. Disamping itu bahwa tidak ada satu jenis pekerjaan di dunia dan amal ibadah yang dikerjakan oleh manusia dalam konteks hablumminallah yang tidak ada ilmunya, semua harus berdasarkan ilmu. Sesuai dengan firman Allah dalam Surat Al Israa ayat 36 : Janganlah kamu kerjakan apa-apa yang tidak ada ilmunya. وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَ كُلُّ أُولـئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولااً Artinya an janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS 17 ; 36) (sumber) Di dalam ayat yang lain Alah menegaskan bahwa orang-orang yang berilmu akan diberikan derajat yang tinggi. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انشُزُوا فَانشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS Al Mujaadalah : 11) (sumber) Didalam sebuah riwayat hadits yang lain, nabi bercerita suatu ketika Nabi Sulaeman AS diminta oleh Allah untuk memilih apakah mau Kekayaan, Takhta atau Ilmu. Nabi Sulaeman AS memutuskan memilih ilmu sebagai bekalnya. Dengan Ilmu tersebut akhirnya Nabi Sulaeman mendapatkan takhta/kerajaan dan juga kekayaan. Mengingat pentingnya masalah ilmu, adalah sebuah keniscayaan bila kita menginginkan kehidupan yang mudah dan bermartabat. Karena tidak ada seorangpun yang sukses dari sisi keduniawian tanpa dibarengi ilmu yang membackupnya. Dipertegas oleh hadits nabi “Barang siapa yang menghendaki dunia maka tetapilah dengan ilmu, barang siapa yang menghendaki akhirat maka tetapilah dengan ilmu dan barang siapa menghendaki keduanya maka tetapilah dengan ilmu”. 2. Agama Banyak perdebatan diantara para pemikir mengenai kedudukan agama dalam urusan hidup manusia baik urusan privat maupun sosialnya. Ada dua kutub yang menjelaskan pemikiran ini yaitu maximalisme agama dan minimalisme agama. Pemikiran maximalisme agama menekankan bahwa manusia dalam aspek kehudupan mulai dari cara makan, cara tidur, cara berpakaian, cara mendirikan pemerintahan dan menentukan tugas-tugas pejabat berdasarkan aturan agama. Sedangkan pemikiran minimalisme agama menjelaskan Bahwasanya kehidupan manusia mencakup dua macam urusan; urusan dunia dan urusan akhirat. Dua macam urusan ini benar-benar terpisah antara satu dari lainnya sedemikian rupa, sehingga perilaku manusia dalam hal-hal duniawi sama sekali tidak berpengaruh pada nasibnya di akhirat. Umat manusia dalam urusan-urusan ukhrawi dan dalam hubungan dengan Tuhannya semestinya mendapatkan arahan dan tuntunan dari agama. Adapun dalam urusan-urusan duniawi dan kehidupan di alam ini, ia bebas melakukan apa saja yang dikehendaki dan disukainya. Inilah yang disebut sebagai sekulerisme yang meyakini pemisahan agama dengan ruang aktifitas sosial manusia. Sesungguhnya, sebagaimana yang kita ketahui, semua agama yang benar, terlepas dari ruang sempitnya sistem hukum masing-masing, hanya mengajukan dakwaan bahwa umat manusia berkewajiban menyesuaikan dan mengadaptasikan segenap perilakunya, baik pada urusan personal ataupun sosial, dengan arahan-arahan agamanya, dan bahwa manusia tidak bisa berbuat di dunia ini dengan sesuka hatinya. Demikian ini tampak begitu jelas bahwa ada rule /aturan yang mengikat pemeluk agama untuk berbuat menurut hukum agamanya masing-masing baik dalam kontek hubungan dengan Tuhannya (hablumminallah) dan sesama manusia (hablumminannaas). Dalam islam mengenal 5 macam pranata hukum dalam mengatur perbuatan manusia yaitu : Wajib, Haram, Mustahab, Makruh dan Mubah. Ke-5 pranata hukum tersebut berlaku pada seluruh perbuatan manusia dan bila kita bisa melaksanakan dengan tepat dan benar niscaya hidup kita bisa lebih terarah. 3. Seni Seni adalah buah karya dari kreatifitas manusia, seni juga berarti proses dan produk dari memilih medium, dan suatu set peraturan untuk penggunaan medium itu, dan suatu set nilai-nilai yang menentukan apa yang pantas dikirimkan dengan ekspresi lewat medium itu, untuk menyampaikan baik kepercayaan, gagasan, sensasi, atau perasaan dengan cara seefektif mungkin untuk medium itu. Seni identik dengan keindahan dan kemeriahan oleh karena itu mengaplikasikan seni dalam kehidupan sangatlah tepat agar hidup tidak hampa. Mudah-maudahan tulisan ini memberikan inspirasi agar hidup kita lebih baik lagi dalam rangka pencapaian kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Referensi : www.islamalternatif.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar